BERITA HARI INI

Ngejok, Tradisi Nelayan Lumpur Tetap Lestari


GRESIK-Salah satu tradisi yang masih dipelihara oleh nelayan di Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik yakni tradisi Ngejok untuk menandai perahu yang baru selesai pengerjaannya sebelum dilepas ke laut.
Rabu (29/05), ratusan warga Lumpur mulai-anak-anak, wanita maupun pria tumplek blek mengikuti tahapan demi tahapan prosesi Ngejok yang berlangsung di Bale Cilik.
Diawali dengan tasyakuran di atas perahu sepanjang 9 meter dengan diameter 2 meter. Pemuka agama mempimpin jalannya do'a.
Tumpeng dan jajanan pasar serta buah-buahan sudah disiapkan. Tak ketinggalan bubur merah dan putih juga sebagai pelengkap syaratnya.
Selesai Ust. Abdul Aziz yang juga Ketua Ranting NU Lumpur memimpin do'a, pemilik perahu berrnama Ahmad Taufiq (41) membagi-bagikan jajanan kepada anak-anak disitu.
Tak pelak, anak-anak saling berebut untuk mendapatkan jajanan yang dibagikan. Bahkan, isak tangis dari anak-anak kecil yang tak kebagiian jajanan karena kalah berebut.
Selanjutnya, warga beramai-ramai makan tumpeng yang telah disediakan oleh pemilik perahu di Bale Cilik sebelum gotong royong mendorong perahu menuju laut.
"Tujuannya tasyakuran supaya perahu yang dilepas ke laut, mendapat berkah dari Allah SWT sehingga membawa keselamatan bagi pemiliknya dan mendapatkan rezeki yang barokoh ketika digunakan untuk melaut,"ujar Ust Abdul Aziz yang juga Ketua Ranting NU Lumpur dengan nada serius.
Seusai mengisi perut dengan makanan selamatan secukupnya, mereka beramai-ramai mendorong perahu ke arah laut yang jaraknya sekitar 100 meter dari daratan.
Akhirnya, perahu dengan selamat tercebur ke laut yang disambut dengan senyuman puas dari ratusan nelayan yang bergotong royong ditengah terik matahari tersebut.
Sebenarnya, tradisi Ngejok hampir mirip dengan tradisi masyarakat Jawa yang mengadakan selamatan sebelum membangun rumah dan menempati rumah ketika sudah selesai.
"Waktu memulai membuat perahu juga dilakukan selamatan,"tutur Imron Hamzah (35) salah satu pemuda Kelurahan Lumpur.
Untuk membuat perahu tersebut, biaya yang dikeluarkan sekitar Rp. 40 juta dengan waktu yang dibutuhkan selama 1 bulan.
Sedangkan bahannya berasal dari kayu Ulin dan Kayu Jati. Untuk menuntaskan perahu, cukup dikerjakan oleh 2 tukang saja.
"Nelayan Lumpur menyebutnya perahu Cager karena dilengkapi prayang atau alat penangkap ikan tradisonal,"tandas Imron dengan berbinar.
Dengan peluncuran perahu milik Ahmad Taufiq yang diberi nama Nayla tersebut, menambah banyak jumlah perahu nelayan Lumpur yang mencapai 500 unit.(sho)

0 komentar for "Ngejok, Tradisi Nelayan Lumpur Tetap Lestari"

Leave a Reply

Posting Lebih Baru Posting Lama